Sabtu, 26 Mei 2012

Hidup ku Hanya Untuk Dia

ilustrasi
Aku masih ingat untuk pertama kalinya Ibu marah, hari itu sudah seminggu aku tidak kunjung pulang ke rumah, aku lari dengan membawa dendam yang memuncak. Aku pergi meninggalkan mereka hanya karena Ibu tidak menuruti permintaan yang cukup sederhana, yaitu agar aku bisa sekolah lagi. Mereka tidak bisa mewujudkan karena terkendala biaya, karena kami adalah orang miskin. Hingga 1 hari, dua hari bahkan sampai sebulan masih enggan untuk pulang. 

Hari itu Ibu mengetahui keberadaan aku dari informasi yang diperoleh teman dekat. Dia memohon yang diiringin air mata agar anak kebanggaanya mau pulang.

“Nak pulanglah, mau jadi apa kamu diluar sana, mau jadi berandal atau pemabuk seperti teman-teman mu itu, Ibu danBapak memang miskin dan tidak punya uang untuk membiayai kamu sekolah, tapi Ibu janji untuk mengusahakannya. Pulanglah Nak, apa kamu tega melihat Ibu yang sudah tua sendirian di rumah”.

Badan ini langsung lemas kemudian tersungkur tepat ditelapak kakinya, tak terasa air mata membasahi kaki itu, inilah hari terbodoh yang pernah aku alami.

aku berjanji Ibu, mulai hari ini tidak akan pernah membuat mu menangis, jika suatu hari kamu menangis itu pun tangisan dan air mata bahagia, aku janji”

Sejak kejadian itu aku serius mencari uang untuk melanjutkan sekolah, sampai aku berhasil wisuda berkat doa yang beliau panjatkan. Aku lihat dia duduk diantara deretan orang tua, terlihat matanya berkaca-kaca dan berusaha menyembunyikan air mata dari pipi yang sudah tidak kencang lagi, akhirnya air mata mahal itu keluar sebening berlian, aku yakin itu adalah air mata kebahagiaan dan kebanggaan untuk pangeran kecilnya.
Ibu tidak pernah meminta kepada anaknya, karena dia selalu meminta kepada Sang Pencipta. Setiap malam aku melihat dia terbangun untuk shalat yang diakhiri dengan Doa. Ibu ku tidak pernah meminta sesuatu, hingga suatu malam dia meringis datang ke kamar dengan memegang perutnya, dia meminta dicarikan obat. Inilah permintaan pertama setelah Ayah meninggalkan kami, dan aku sangat yakin sakitnya sudah tidak tertahankan, karena selama ini beliau tidak pernah meminta. 

Aku sadar ketika dia sakit semua pasti terbengkalai dan terasa ada yang hilang, karena selama ini dialah yang memanjakan kami.  Itulah Ibu, sosok sederhana dan penuh kelembutan, namun dibalik kelembutannya itu sebenarnya dialah yang terkuat diantara kami. Karena Ibu tidak pernah mengeluh dari letihya mengurus anak dan rumah, mengandug selama 9 bulan, menyusui dan terbangun karena tangis kami di malam hari, tetapi kenapa seorang anak selalu mengeluh ketika dia hanya ingin diperhatikan di hari tuanya.

Untuk kalian semua para anak bahagiakanlah Ibu ketika dia diantara kita, sebelum menyesal dan  penyesalan itu sudah terlambat karena Pencipta sudah memanggilnya. Kebahagiaan Ibu adalah kebahagiaan kita, kesehatan ibu adalah anugerah terindah yang harus terus kita rawat. Jangan biarkan dia mengeluh sakit. Bahagiakanlah dia. Dialah Malaikat yang diutus Sang Pencipta untuk mengajarkan banyak hal kepada kita. Bukankah Allah sudah mengatakan Surga berada di telapak kakinya, dan Rasulullah sendiri mengatakan sosok Ibu 3x lebih mulia dari Bapak.

Apalagi yang kamu tunggu wahai seorang anak…lekas berikan senyuman kepadanya dan muliakan dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar