Sabtu, 26 Mei 2012

“Orang Jakarta Buta Warna”

“woi mau mati loe” teriak pengendara motor, jika dia tidak rem tepat waktu,  tabrakan beruntun di  tengah perempatan lampu merah tidak terhindarkan . Lalu lintas  Jakarta di jam kantor  memang sangat padat dan super padat, seperti layaknya medan perang dengan tentara siap untuk bertempur, tujuan mereka hanya ingin menang, tidak perduli saling bunuh yang penting sampai ke tujuan.

Setiap pagi dan sore Lalu lintas Jakarta begitu rapat, sedikit saja menyenggol pengendara lain, siap-siap bogem mentah siap mendarat di muka. Yang aneh rata-rata pengendara di Jakarta adalah orang berpendidikan yang mengerti  apa itu lampu hijau,  lampu merah, dan mereka  dapat dipastikan mengetahui jika lampu merah itu berhenti dan lampu hijau itu untuk jalan, lalu kenapa mereka tetap menerobos lampu yang jelas-jelas berwarna merah. Yang jadi pertanyaan apakah  mereka benar-benar sudah "buta warna", coba rasakan berada di perempatan Grogol, Kemayoran, dan Senen, semua pengendara tidak lagi menghiraukan apakah lampu itu merah, ataukah lampu itu hijau, jika terlihat ada peluang untuk menerobos, langsung jalan terus. sungguh sangat Apes jika berada di tengah tiba-tiba dari arah berlawan mobil atau motor muncul tiba-tiba, Kalau sudah begitu perang adu mulut ditengah perempatan tidak terhindarkan, klakson pun bersahutan menandakan perang  dimulai.

Rasakan pagi hari pukul 08.00 pagi di kawasan Daan Mogot, atau sore hari sekitar pukul 17.00 di lampu merah menuju pasar baru. Seolah sudah janjian dan menjadi kebiasaan, menerobos lampu merah berjamaah menjadi lumrah, dan naik ke trotoar bahu jalan adalah hal biasa. yang memalukan jika pengendara motor berebut dengan pejalan kaki di bahu jalan, yang benar-benar itu haknya si pejalan kaki tersebut. sungguh memalukan.

mungkin Prinsip pengendara Jakarta saat ini, selama masih bisa jalan dan tidak kena macet,, pokoknya maju terus tidak perduli itu melanggar atau hak siapa. Sungguh semakin kusam wajah “ibu kota ku” jika semua warganya tidak mempunyai rasa tanggung jawab dan menghormati sesama pengguna lainnya. Kalau sudah begitu pantaskah “warga Jakarta disebut buta warna”.

Sebentar lagi tahun 2012 dan diprediksikan akan datang banjir 5 tahunan, semakin lengkap penderitaan warga di Ibu kota ini, sudah kena macet, masyarakatnya tidak tertib, kemudian banjir yang sudah menjadi tamu rutin setiap tahun. kalau sudah begitu Siapa yang pantas bertanggung jawab dan disalahkan,. Jawabnya adalah kita semua yang pantas bertanggung jawab atas kebodohan-kebodohan kecil yang selama ini dilakukan,  sekarang marilah disiplin dimulai dari diri sendiri dan tidak perlu menyalahkan pejabat DKI yang sudah bersusah payah menertibkan warganya. disipilin dan mempunyai kesadaran dari diri sendiri bisa membawa dampak perubahan lebih baik kedepannya. mulailah dari sekarang juga,


(coretan Sore di perempatan Lampu Merah Grogol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar