![]() |
ilustrasi |
Aku masih ingat untuk pertama
kalinya Ibu marah, hari itu sudah seminggu aku tidak kunjung pulang ke
rumah, aku lari dengan membawa dendam yang memuncak. Aku pergi
meninggalkan mereka hanya karena Ibu tidak menuruti permintaan yang
cukup sederhana, yaitu agar aku bisa sekolah lagi. Mereka tidak bisa
mewujudkan karena terkendala biaya, karena kami adalah orang miskin.
Hingga 1 hari, dua hari bahkan sampai sebulan masih enggan untuk
pulang.
Hari itu Ibu mengetahui keberadaan aku dari
informasi yang diperoleh teman dekat. Dia memohon yang diiringin air
mata agar anak kebanggaanya mau pulang.
“Nak
pulanglah, mau jadi apa kamu diluar sana, mau jadi berandal atau
pemabuk seperti teman-teman mu itu, Ibu danBapak memang miskin dan tidak
punya uang untuk membiayai kamu sekolah, tapi Ibu janji untuk
mengusahakannya. Pulanglah Nak, apa kamu tega melihat Ibu yang sudah tua
sendirian di rumah”.
Badan ini langsung lemas kemudian
tersungkur tepat ditelapak kakinya, tak terasa air mata membasahi kaki
itu, inilah hari terbodoh yang pernah aku alami.
“aku
berjanji Ibu, mulai hari ini tidak akan pernah membuat mu menangis,
jika suatu hari kamu menangis itu pun tangisan dan air mata bahagia, aku
janji”
Sejak kejadian itu aku serius mencari uang
untuk melanjutkan sekolah, sampai aku berhasil wisuda berkat doa yang
beliau panjatkan. Aku lihat dia duduk diantara deretan orang tua,
terlihat matanya berkaca-kaca dan berusaha menyembunyikan air mata dari
pipi yang sudah tidak kencang lagi, akhirnya air mata mahal itu keluar
sebening berlian, aku yakin itu adalah air mata kebahagiaan dan
kebanggaan untuk pangeran kecilnya.
Ibu
tidak pernah meminta kepada anaknya, karena dia selalu meminta kepada
Sang Pencipta. Setiap malam aku melihat dia terbangun untuk shalat yang
diakhiri dengan Doa. Ibu ku tidak pernah meminta sesuatu, hingga suatu
malam dia meringis datang ke kamar dengan memegang perutnya, dia meminta
dicarikan obat. Inilah permintaan pertama setelah Ayah meninggalkan
kami, dan aku sangat yakin sakitnya sudah tidak tertahankan, karena
selama ini beliau tidak pernah meminta.
Aku sadar ketika dia sakit semua pasti terbengkalai dan terasa ada yang hilang, karena selama ini dialah yang memanjakan kami. Itulah
Ibu, sosok sederhana dan penuh kelembutan, namun dibalik kelembutannya
itu sebenarnya dialah yang terkuat diantara kami. Karena Ibu tidak
pernah mengeluh dari letihya mengurus anak dan rumah, mengandug selama 9
bulan, menyusui dan terbangun karena tangis kami di malam hari, tetapi
kenapa seorang anak selalu mengeluh ketika dia hanya ingin diperhatikan
di hari tuanya.
Untuk kalian semua para anak bahagiakanlah Ibu ketika dia diantara kita, sebelum menyesal dan penyesalan
itu sudah terlambat karena Pencipta sudah memanggilnya. Kebahagiaan Ibu
adalah kebahagiaan kita, kesehatan ibu adalah anugerah terindah yang
harus terus kita rawat. Jangan biarkan dia mengeluh sakit. Bahagiakanlah
dia. Dialah Malaikat yang diutus Sang Pencipta untuk mengajarkan banyak
hal kepada kita. Bukankah Allah sudah mengatakan Surga berada di
telapak kakinya, dan Rasulullah sendiri mengatakan sosok Ibu 3x lebih
mulia dari Bapak.
Apalagi yang kamu tunggu wahai seorang anak…lekas berikan senyuman kepadanya dan muliakan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar